Senin, 23 Juli 2012

Kekuatan Cinta sebagai Bahasa Hati dalam Dakwah

Ternyata tuntutan sebuah ujian praktek untuk membuat resensi buku mampu membuatku membaca sebuah buku -yang teergeletak setelah sekian lama- tidak lebih dari semalam. Buku ini kupilih untuk diresensi karena memang ini adalah buku yang bagus untuk direkomendasikan kepada semua orang agar lebih memperbaiki cara berinteraksi dan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

"Tidak penting apakah pendapat Anda bagus. Jika Anda tidak menyampaikan dengan cara yang tepat, gagasan paling cemerlang akan terhenti jika kita tak sanggup mengungkapkannya dengan baik. Buku ini akan mengajak bagaimana menyampaikan pesan agama agar berkesan dan berpengaruh."
Mohammad Fauzil Adhim, penulis

Kekuatan Cinta sebagai Bahasa Hati dalam Dakwah



IDENTITAS BUKU

Judul Buku:
Dakwah dengan Cinta
Menyampaikan Kebenaran dengan Bahasa Hati
Pengarang:
Mohammad Fauzil Adhim
Husain MATLa Group
Penerbit:
Al-Bayan
PT Mizan Pustaka
Jumlah Halaman:
194 halaman

PENGANTAR ISI

Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi semesta alam. Islam tidak hanya sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah, melainkan juga sebuah paradigma yang melahirkan peraturan hidup bagi manusia di dunia. Sebagai tatanan peradaban agung yang memberikan pencerahan bagi hidup manusia, sudah seharusnya Islam dikomunikasikan kepada manusia melalui dakwah yang baik dan dengan kata-kata yang indah.

Dakwah tidak hanya kewajiban kolektif, melainkan juga individual. Dengan bahasa cinta, dakwah akan sampai kepada hati. Itulah metode dakwah yang patut dikedepankan dewasa ini. Oleh karena itu, Mohammad Fauzil Adhim melalui buku ini berusaha menghadirkan semangat menyampaikan kebenaran dengan bahasa hati dan mengenalkan seni berkomunikasi dalam berdiskusi maupun berdebat.

RINGKASAN ISI

Hal utama yang hendak dikemukakan dalam buku ini adalah tentang bagaimana cara berdakwah dengan bijak dan tepat sasaran. Buku ini berisi pengalaman dan pengetahuan tentang metode berdakwah, terutama mengajarkan cara berkomunikasi layaknya antara orang dewasa dengan anak-anak. Suasana spontan, hangat, akrab dan lucu membuat kita merasa betah bersama anak kecil. Kita tidak marah bahkan tidak peduli dengan segala kebandelan dan kenakalannya. Suasana itulah yang berusaha Fauzil arahkan agar bisa juga kita rasakan saat berkomunikasi dengan orang dewasa. Kita sebaiknya bersikap bijak ketika berhadapan dengan banyak orang dewasa yang berbeda pendapat. Janganlah mudah memberikan vonis apalagi menghujat seseorang yang berbeda pendapat dengan kita. Komunikasi dan dialog yang sehat merupakan bagian yang penting, sehingga kita sebaiknya berlapang dada dalam suasana perbedaan.

Beberapa perselisihan antar komponen umat Islam selama ini tampaknya disebabkan oleh tidak terbangunnya dialog dan komunikasi yang baik dan sehat yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Terkadang masing-masing mengklaim diri sebagai komunitas yang paling benar, paling baik dan paling luhur. Terjadi saling cela dan kritik, baik dalam aspek akidah, syariat, maupun akhlak.

Rasa ingin menang dalam sebuah diskusi harus dihilangkan dan diganti dengan rasa ikhlas. Kita harus tetap percaya bahwa setiap orang mempunyai potensi untuk berubah ke arah yang baik dan benar. Tanpa keyakinan seperti itu, kita tidak akan memiliki semangat untuk berdakwah, berdialog dan berkomunikasi dengan seseorang yang berperilaku negatif. Oleh karena itu, kita harus mampu berdakwah dengan dilandasi rasa cinta kepada siapapun.

KELEBIHAN BUKU

Buku yang ditulis dengan ringan ini mampu memutarbalikkan paradigma bahwa nilai-nilai yang bermuatan ideologis biasanya berat dan membuat pembacanya mengernyitkan dahi. Pilihan kata yang tepat dan menarik oleh Fauzil memberikan inspirasi tentang kedewasaan berkomunikasi dalam berdakwah sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Dalam bukunya Fauzil juga  menggunakan kata “kita”, bukan “mereka”, sehingga kedekatan emosional pun tejalin antara penulis dan pembaca. Selain memberikan teori yang luar biasa berdasarkan data dan fakta oleh tokoh-tokoh Islam maupun tokoh-tokoh diluar Islam, buku ini juga memberikan contoh-contoh aplikasi seni berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembaca akan mudah mempraktikkannya.

PENUTUP

Sudah saatnya kita mempraktikkan pola interaksi dan komunikasi yang egaliter, yakni pola komunikasi yang sejajar (ke samping), bukan  bottom-up (dari bawah ke atas), bukan pula top-down (dari atas ke bawah). Fauzil berpendapat bahwa gagasan paling cemerlang pun akan terhenti jika kita tidak sanggup menyampaikannya dengan baik. Oleh karena itu, penyampaian pesan agama haruslah tepat sasaran agar berkesan dan berpengaruh.




Sebenarnya tanganku sangat ingin menuliskan lebih banyak lagi, iapi tuntutan batasan jumlah kata yang harus dibuat ternyata menghalanginya.  Kusarankan untuk membacanya, jika tidak beli ya pinjem lah. Oke..?!

Ketika mencari sebuah gambar cover buku ini di google, ternyata aku menemukan sebuah blog yang berisi sebuah karya yang membahas buku ini juga disini http://mafahimcenter.wordpress.com/2010/09/15/dakwah-dengan-cinta-buku-husain-matla/, dan tak didiga itu adalah tulisan my brother. Seharusnya bilang dong kalo udah punya -_-", kan bisa ngintip dikit..^^



imania asoka
04 April 2011
02.35 am

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jazakumullahu khairan katsir..
komentar anda, sarana perbaikan diri saya.. :)