Senin, 01 Oktober 2012

Halim, cilik nan sholeh ^_^

Kali ini aku ingin menceritakan sepenggal momen yang terjadi beberapa waktu lalu. Hari ini aku pergi ke markaz tahfidzul qur'an Al-Ihsan, minggu pagi yang cerah. Hanya ada aku, ustadzah dan kedua anak beliau. Putra kelima bernama Halim dan putri bungsu keenam yang sering dipanggil imah^^ dan episode kali ini yang menjadi tokoh utamanya adalah dede Halim :D, Semoga memberi banyak hikmah dan inspirasi kepada kawan-kawan semua.

Ustadzah masih repot didalam, jadi sebelum memulai aktivitas, aku membaca al-qur'an yang posisinya berdekatan dengan jendela. Tidak lama saya merasa ada orang yang melewati jendela, saya kaget sebentar lalu meneruskan bacaan. Lalu mendadak adek Halim dengan cepat naik-naik keatas meja(menggapai jendela), tengok kanan kiri dan segera menutup ketiga jendela. "Brak.. brukk.. brak.." Itu membuat aku kaget sangat dan menghentikan bacaan."Aduuh, dede Halim. Kaka lagi baca Qur'an, kegelapan jadinya" gumamku dalam hati. Aku hanya senyum seolah itu kenakalan anak-anak pada umumnya.. dan senyumku seolah menyatakan "jangan nakal ya^_^"

Diluar dugaan terjadi hal yang mengagetkan, Halim memperhatikan senyumku dan seolah dede Halim tau maksud senyumku. Dia malah berkata seolah meluruskan "Abinya Abdullah lewat". Sontak membuatku terkejut. Kalian paham?? tindakannya tadi bukan merupakan kenakalan anak-anak, akan tetapi merupakan tindakan penyelamatan. Masya Allah, kali ini aku tersenyum lebar dan mengangguk ^___^ menyatakan persetujuanku pada tindakannya. Diapun segera berlalu.

Kalo kalian tanya Penyelamatan yang bagaimana?? Begini, ummi nya Halim bercadar. Tampaknya dia sudah paham bahwa rumah bukan hanya tempat tinggal dan tempat berteduh. Tapi juga paham bahwa rumah adalah tempat dimana wanita boleh menggunakan pakaian kesehariannya dan melepas cadar (untuk umminya). Dia paham bahwa dirumah, setiap wanita mesti terjaga dari pandangan dari luar terlebih non mahram.

Walaupun saat itu tidak ada umminya yang mesti 'diselamatkan', akan tetapi disana ada aku, seorang wanita yang juga berhak 'terjaga'. Meski waktu itu sebenarnya aku sedah memakai jilbab kerudung lengkap, atau bahkan abinya abdullah tidak melihat kedalam. Justru disana letak kecerdasannya, dia melakukan tindak pencegahan, bukan tindakan pengobatan. Dia seolah terprogram otomatis.

Masya Allah, masih sangat kecil, mungkin masih belum 5 tahun. Akan tetapi didikan Islam telah menjadi standar perbuatannya. Sekali lagi diri melihat, bahwa menddidik anak sedini mungkin, ibarat menulis di kertas kosong, kita bisa menulis dan memberi warna sesuai keinginan. Tindakan dan nasehat yang diulang2 telah membuat kebiasaan pada diri Halim.. Dalam usia yang bisa disebut masih balita, seolah bibit tanggung jawab, seorang penjaga dan pelindung talah tampak tunasnya yang siap mengakar..

Halimku, cilik nan sholeh, dia memanggilku "kaka".. Kelak pasti dalam beberapa tahun kedepan, sudah tidak ada lagi canda apalagi peluk :). Saat dimana nanti kamu menjadi seorang hafidz, bukan hanya penjaga Al-Qur'an, akan tetapi penjaga kemuliaan Islam dan kehormatan muslim seluruhnya insya Allah.



imania asoka
01 Oktober 2012
08.20 pm

2 komentar:

  1. alhamdulillah,, ceritanya menyejukkan... semoga bisa terus konsisten dalam dakwahnya ya de imania asoka,,

    BalasHapus

jazakumullahu khairan katsir..
komentar anda, sarana perbaikan diri saya.. :)